Monday, March 14, 2011

Perbedaan Mendasar Orang Pintar dan Kaya



"Masalah di dunia ini terjadi ketika orang bodoh terlalu yakin dan orang pintar penuh dengan keraguan
"( Bertrand Russell )

Ternyata satu jam keterlambatan pesawat dari Balikpapan ke Jakarta tidaklah menyebalkan. Bahkan, kalau mau jujur, sejam itu terlalu singkat ketika kami mampu mengisinya dengan aktivitas yang menyenangkan. Diskusi gaya warung kopi yang tidak terstruktur tiba-tiba menjadi bergairah ketika saya, Nila dan Bugie menemukan satu fenomena antara orang yang pintar dan kaya. Kami bertiga tersentak, dan diskusi berlanjut dalam dunia maya sampai kami masuk ke dalam peraduan di rumah kami masing-masing.

Kesimpulan pertama yang kami ambil adalah membedakan antara orang kaya dan orang pintar secara contrary items. Setidaknya ada tujuh perbedaan yang mendasar, yaitu:

Pertama, orang pintar mampu menganalisis dan mengajar bagaimana menjadi kaya, membuat strategi untuk menjadi orang kaya karena ia belum bisa kaya. Adapun orang kaya itu pandai mencari orang pintar untuk menganalisis mengapa dia kaya.

Kedua, orang pintar pandai memberi jawaban untuk orang
kaya, sedangkan orang kaya pandai memberi pertanyaan buat orang pintar.

Ketiga, orang pintar dalam bahasa rekan saya, Nila, memiliki competence for cash, sedangkan orang kaya memiliki cash for competence.

Keempat, orang pintar memutuskan segala sesuatu dengan rasio. Decision by head dengan pemikiran dasar ”engke kumaha”, sedangkan orang kaya memutuskan banyak hal dengan guts dan intuisi. Decision by heart, dengan pemikiran dasar ”kumaha engke”.

Kelima, orang pintar memiliki kapital tak berwujud dengan harta yang sangat terbatas (intangible capital limited assets)
, sedangkan orang kaya memiliki kapital berwujud dengan harta tanpa batas (tangible capital unlimited assets).

Keenam, orang pintar itu menganalisis dengan masukannya (input) biaya – cost and benefit, sedangkan orang kaya memikirkan keluaran (output) berupa keuntungan – profit and loss.

Ketujuh, orang pintar sangat memperhitungan risiko, sedangkan orang kaya menghitung peluang.

Ketika kedua faktor itu digabungkan, hasilnya lebih mencengangkan saya. Sebuah matriks yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Dengan klasifikasi matriks ordinat kaya dan absis pintar, maka ada empat tipe manusia yang sangat berbeda satu dari yang lain dengan gaya hidup dan kontribusi yang bagai bumi dan langit, sangat jauh bedanya.

Pertama, manusia yang tidak pintar alias bodoh dan tidak kaya (= miskin).
Kita tidak perlu membahas karena memang tidak akan mendapatkan sesuatu pelajaran yang what to do, hanya sekelumit catatan what not to do. Ini adalah objek dari ketiga jenis manusia lain untuk dikembangkan agar masuk ke tiga kategori yang bisa berkontribusi buat masyarakat sekitar. Lebih sedih lagi kalau ada manusia yang sudah bodoh, miskin, tetapi sombong. Biasanya jadi tukang teriak di lapangan untuk program apa saja asal dapat bayaran dua puluh ribuan. Bagi yang jahat, ini sumber eksploitasi dan manipulasi.

Kedua, manusia yang pintar tetapi tidak kaya.

Artinya, ia memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi tidak mampu mengonversinya menjadi tumpukan harta. Mungkin terkena sindrom teori mengawang dan tidak down to earth atau memang idealis sehingga materi bukan menjadi tujuan hidupnya. Kekuatan intelektual menjadi passion-nya dan yang dicari adalah kemapanan akademis dan menciptakan ilmu atau teori baru atau dalam bahasa rekan diskusi saya tadi, Bugie, kepuasannya adalah kalau ilmu dan gelarnya bertambah, bukan soal hartanya yang meningkat.

Ketiga, orang yang kaya tetapi tidak pintar.

Bisa karena kepemilikan alias punya the right last name alias warisan atau hoki tetapi tidak mampu menuangkan untuk membuat orang lain mendapat pencerahan. Dalam jangka pendek, keberuntungan memang bisa terjadi beberapa kali, tetapi tidak selamanya. Dalam jangka panjang bisa berbahaya kalau tidak mencoba mencari kepintaran dengan harta yang dia miliki.

Keempat, orang kaya dan pintar.
Ini yang paling ideal. Mampu menerangkan mengapa ia kaya dan mampu membagikan ilmunya bagi orang yang mau mempelajarinya. Ini yang akan sustain dalam jangka panjang. Kinerjanya akan menghasilkan keluaran yang berlipat ganda dibandingkan dengan ketiga yang lain. Jangan heran, yang keempat ini akan semakin kaya dan semakin pintar. Menguasai harta dan membuatnya beranak pinak secara asimptotis.

Manusia jenis keempat akhirnya akan memilih jalur pengusaha, bukan profesional. Manusia ini memiliki keberanian dan semangat yang membuat orang biasa menjadi terkagum-kagum, tetapi tidak merasa yang ia lakukan sesuatu yang aneh. Bill Gates dan Steve Jobs adalah orang pintar yang bukan lulusan sekolah formal, tetapi bisa menjadi orang kaya yang mempengaruhi dunia.

Chairul Tanjung adalah contoh manusia yang berusaha dari bawah dan mampu menjadi pintar dan kaya karena kegigihan yang luar biasa. T.P. Rachmat dan Sandiaga Uno adalah sosok profesional yang akhirnya jadi pengusaha. Karena pintar, keduanya jadi kaya. Segala jalur bisa ditempuh asal memiliki kemauan dan keberanian untuk jadi pintar di bidangnya, yang akhirnya berani melompati tembok kemapanan.

Mudah-mudahan bermanfaat buat sahabat semua.

Special thanks for the article to Paulus Bambang W.S
Stay Cool in http://newmasgun.blogspot.com

2 comments: