Sunday, February 8, 2009

Kisah Sang Katak ( Sebuah pembelajaran )

Suatu hari seseorang yang ingin serba meneliti, ingin mencoba untuk merebus katak hidup-hidup. Dia pun pergi mencari katak di sawah (kelihatannya di sawah adanya kodok deh). Setelah dapat, ia pun membawanya ke rumah.

Di laboratoriumnya, ia merebus air hingga panas mendidih, lalu setelah agak lama, ia pun mengambil si katak dan memasukkannya di dalam air yang panas tadi. Karena terkejut, si katak kontan saja meloncat dari dalam panci, sehingga selamatlah si katak. Si peneliti pun kelabakan. Dia pun mencoba katak lain, namun semuanya bereaksi sama, yakni meloncat dari dalam panci.
Dia yang kebingungan pun mencoba bertanya kesana-sini. Dia pun terus memikirkan. Hingga suatu ketika dia menemukan cara untuk merebus katak itu hidup-hidup.

Tidak seperti yang sebelumnya, kali ini ia meletakkan katak di dalam panci, dengan air yang dingin biasa, sehingga katak tersebut merasa nyaman di dalam panci. Lalu ia pun menyalakan api.

Si katak yang ada di dalam pada mulanya merasa keenakan, tapi lama kelamaan ia mulai merasa lain. "Aduh kok enak ya... Aduh, tapi lama kelamaan mulai hangat nih.... Aduh, kok makin lama makin panas ya..??" Ketika si katak benar-benar mulai kepanasan, ia ingin keluar. Dan ia berusaha meloncat, sayangnya hal itu sudah terlambat. Tubuhnya sudah melemah seiring bertambahnya suhu air tersebut. Sehingga akhirnya sang katak pun mati.

-----------------
Saudaraku, sadarkah kita bahwa Kita lah sebenarnya katak tersebut. Kita tentu akan meloncat jika disodori sebuah maksiat secara terang-terangan.


Namun kita lihat, bahwa dalam 20 tahun terakhir, sebuah media, mampu mengantar bangsa ini secara perlahan-lahan, sehingga kita melihat secara bebas, para wanita yang berpakaian ketat, adegan peluk cium bukan muhrim di AFI, Idol, KDI, dll.

Kita juga yang diantar secara perlahan-lahan sehingga ada banyak orang yang menganggap hukum Allah sudah tidak layak lagi untuk masa kini. Yang menganggap Islam adalah teroris. Saudaraku, Inilah Perang Pemikiran. Sebuah perang Nyata yang tak terlihat oleh mata. Dan kita pun harus melawannya dengan perlawanan yang nyata pula.

Saudaraku, bangkitlah. Kita masih sedang direbus, karena kematian kita adalah saat kita sudah meninggalkan Islam ini. Meloncatlah selagi bisa, dan buatlah agar si perebus tadi merasakan bagaimana panasnya air tersebut.

baca juga kerja keras adalah energi kita



No comments:

Post a Comment